Senin, 16 Januari 2023
Tema: Menulis Buku dari Karya Ilmiah
Narasumber: Eko Daryono, S.Pd
Moderator : Nur Dwi Yanti, S.Pd
Karya tulis ilmiah, sering menjadi suatu hal yang menakutkan atau momok dan beban bagi guru. Banyak guru merasa tidak bisa membuatnya dikarenakan tidak bisa membagi waktu, beban mengajar terlalu banyak, kegiatan sekolah yang padat dan beban administrasi kepegawaian yang harus dipenuhi dan juga tidak bisa karena merasa tidak punya kemampuan menulis dan gagap teknologi.
Kita seakan terlupa, bahwa ketika kita mengikuti Pendidikan di perguruan tinggi, kita sudah pernah membuat tulisan yang namanya skripsi (meskipun ada guru yang menyelesaikan S-1nya tanpa membuat skripsi karena dijamannya skripsi merupakan mata kulian pilihan). Pengetahuan yang diberikan oleh Eko Daryono, S.Kom yang lahir di Karanganyar Jawa Tengah pada 20 Desember 1975 memberi angin segar bagi guru agar bisa membuat buku berdasarkan karya tulis yang telah dibuat. Beliau dapat lebih dikenal di link berikut https://maseko1275.blogspot.com/2021/11/profil.html
Pengalaman beliau dalam dunia menulis membuatnya menjadi narasumber berbagai event kegiatan menulis. Semoga kita semua bisa meluruskan niat untuk belajar dan memperteguh minat untuk menerbitkan buku khususnya solo karier. Beliau merupakan bagian dari Akademi Omjay yang berada di angkatan ke-12. Berkat tantangan menulis dari para narasumber akhirnya beliau juga terjun menjadi salah satu pemateri. Materi yang dibawakan adalah menulis buku dari karya tulis ilmiah lebih tepatnya menerbitkan buku dari karya tulis ilmiah. Tema yang sekilas teoristis dan bikin pusing mengingat karena tidak ada standarisasi konversi KTI menjadi buku. Namun demikian, dari berbagai pengalaman yang telah disampaikan oleh para Widyaiswara, Peneliti LIPI, Pakar Menulis akhirnya mengerucut pada standar isi buku. Meski demikian, standar tersebut sifatnya tetap fleksibel. Beda penulis kadang beda persepsi. Mari kita simak pemaparan Mr Yon berikut ini.
Apa KTI itu?
Karya tulis ilmiah adalah hasil penelitian dan pengembangan atau tinjauan, ulasan (review), kajian dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompo yang memenuhi kaidah ilmiah. (Peraturan LIPI Nomor 2, 2014)
Secara umum KTI ada dua yaitu KTI Non Buku dan KTI Buku. KTI non buku berupa KTI bidang akademis untuk mendapatkan gelar (tugas akhir, skripsi, tesis dan desertasi), KTI hasil penelitian (PTK, PTS, best practice, makalah, artikel dan jurnal) dan KTI berupa ulasan atau resensi. KTI buku berupa buku bahan ajar (diklat, modul, buku ajar, buku referensi), buku pengayaan (monografi, buku teks, buku pegangan, buku panduan) dan buku kompilasi (bunga rampai, prosiding). Ternyata tidak semua tidak semua KTI itu berupa buku. Memang secara wujud, PTK, PTS, Tugas Akhir, skripsi, tesis, desertasi itu berupa buku, namun bukan buku. Lebih tepatnya adalah laporan hasil penelitian dan sifat publikasinya pun terbatas.
Bagaimana struktur penulisan KTI?
Struktur ini umumnya dijadikan sebagai standar dalam menyusun bab-bab dalam KTI meskipun untuk KTI sejenis skripsi, tesis, desertasi, tugas akhir memiliki gaya yang berbeda di setiap kampus.
Secara subtansi isi, tidak ada perbedaan isi laporan KTI dengan isi buku hasil konversinya. Karena sejatinya isi buku mencerminkan keseluruhan isi laporan KTI.
Secara sistematika, tentunya gaya penulisan KTI dengan penulisan buku tentu berbeda. Ada penyesuaian-penyesuaian sistematika KTI yang dikonversi menjadi buku dengan tujuan agar kesannya tidak kaku. Misalnya penomoran tiap sub bab-sub bab. Secara Bahasa, meski sama-sama ilmiah, hasil konversinya tentu harus dimodifikasi sehingga Bahasa dalam bukunya lebih luwes, bersifat lugas dan tidak lagi mencantumkan kata-kata seperti penelitian ini, peneliti, teman sejawat, penulis.
Bagaimana cara mengkonversi KTI menjadi buku
Pertama, Memodifikasi Judul, Judul KTI umumnya mengandung unsur : variabel penelitian, objek penelitian, dan seting penelitian (baik tempat maupun waktu). Judul buku hasil konversi seperti judul buku-buku yang punya daya tarik dan daya jual harus menarik, unik, mudah diingat, dan mencerminkan isi buku. Kemenarikan judul buku sifatnya subjektif.
Contoh buku konversi dari hasil penelitian Bapak Eko Daryono:
Kedua, Memodifikasi Sistematika dan Gaya Penulisan. KTI Nonbuku yang berupa laporan hasil penelitian umumnya ditulis dengan sistematika dan penomoran yang baku seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Pada saat laporan tersebut dikonversi menjadi buku, maka harus dimodifikasi gayanya sesuai dengan gaya penulisan buku. Tidak tampak lagi adanya sub bab-sub bab yang membuat isi buku seolah-olah terpisah-pisah.
Keempat, Modifikasi Bab II. Contohnya isi bab II dari PTK yang disusun sebagai berikut: Susunan bab dan sub bab di atas dirubah dalam gaya penulisan buku sehingga menjadi beberapa bab, yaitu:
Kelima, Modifikasi Bab III. Substansi bab 3 sebenarnya lebih terfokus pada metode, Teknik pengumpulan data (instrumen) serta analisis data. Jika berupa PTK berisi langkah-langkah tindakannya. Ada beberapa alternatif yang dapat diterapkan. Benar-benar menghilangkan bab III, menginclude bab 3 di bab 2 atau menarasikan bab 3 di awal bab pembahasan. Menghilangkan bab 3 maksudnya keseluruhan isi bab 3 dihilangkan, sebab bunyi bab 3 sebenarnya bisa dicermati dari isi pembahasannya. Menginclude bab 3 di bab 2 maksudnya konsep pokok terpenting dari bab 3 digabung dalam bab 3. Misal dari contoh tadi, langkah-langkah tindakan adalah diinclude di Bab V dengan sub Tahapan Penerapan Every One is Teacher Here Menggunakan Model Tindakan Kelas. Menarasikan bab 3 di awal bab pembahasan maksudnya menyampaikan substansi isi bab 3 sebagai awal pembahasan. Namun narasi tersebut butuh kehati-hatian. Jika untuk kepentingan kenaikan pangkat bagi guru ASN, maka narasi tersebut perlu dipertimbangkan untuk dicantumkan sehingga membutuhkan hal ekstra di bagian Bab seperti butuh mentoring untuk editingnya.
Keenam, Modifikasi Bab IV. Bagian ini sejatinya merupakan bagian inti isi buku, sesuai dengan judul buku. Bab IV tidak lagi menggunakan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan, namun disesuaikan dengan konteks buku. Judul buku menjadi pilihan sebagai judul Bab IV. Dalam contoh yang diberikan, Bab VI STRATEGI TIM QUIZ DALAM PEMBELAJARAN TIK. Pada buku bab IV dapat dimasukkan tabel, grafik, foto-foto kegiatan maupun hasil penelitian yang menyatu dalam buku. Bab IV tidak lagi berisi data mentah seperti nilai dari setiap siswa berikut namanya. Foto pun hanya sekedar yang dibutuhkan sebagai pendukung. Contoh: buku hasil lomba Dharma Wanita SMK se Provinsi Jawa Timur Foto-fotonya full karena memang berisi cara membuat kerajinan, makanan. Contoh data mentah, misalnya data nilai keseluruhan siswa. Data matang: siswa yang mendapat KKM dan di bawah KKM kemudian disajikan dengan grafik.
Keenam, Modifikasi Bab IV. Bagian ini sejatinya merupakan bagian inti isi buku, sesuai dengan judul buku. Bab IV tidak lagi menggunakan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan, namun disesuaikan dengan konteks buku. Judul buku menjadi pilihan sebagai judul Bab IV. Dalam contoh yang diberikan, Bab VI STRATEGI TIM QUIZ DALAM PEMBELAJARAN TIK. Pada buku bab IV dapat dimasukkan tabel, grafik, foto-foto kegiatan maupun hasil penelitian yang menyatu dalam buku. Bab IV tidak lagi berisi data mentah seperti nilai dari setiap siswa berikut namanya. Foto pun hanya sekedar yang dibutuhkan sebagai pendukung. Contoh: buku hasil lomba Dharma Wanita SMK se Provinsi Jawa Timur Foto-fotonya full karena memang berisi cara membuat kerajinan, makanan. Contoh data mentah, misalnya data nilai keseluruhan siswa. Data matang: siswa yang mendapat KKM dan di bawah KKM kemudian disajikan dengan grafik.
Ketujuh, Modifikasi Bab V. Pada laporan hasil penelitian, bab V biasanya diberi judul PENUTUP. Judul tersebut dapat dipertahankan. Hanya saja, isi bab tidak hanya simpulan dan rekomendasi (saran) saja, namun ditambahkan temuan yang terkait dengan hasil penelitian. Contoh: desertasi yang bagian penutupnya komplit terkait dengan implikasi substansi isi buku
Kedelapan, Modifikasi Lampiran. Lampiran yang disertakan hanyalah instrument penelitian atau data matang yang mendukung, bukan data-data mentah.
Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat mengkonversi KTI menjadi buku?
Pertama, keaslian laporan hasil penelitian. Tindakan Plagiat tidak dibenarkan terlebih karya seperti PTK kadang tidak dicek keasliannya. Namun saat diterbitkan jadi buku, maka penulis harus yakin betul bahwa karya yang akan diterbitkan memang oroginal punya penulis sendiri. Kalau karya seperti skripsi, tesis apalagi desertasi akan langsung ketahuan jika plagiat karena sudah ada generate machine untuk pengecekannya.
Kedua, menghindari kompilasi yang terlalu banyak. Include saja pendapat pada ahli yang mendukung substansi ini, sisanya mengembangkan dengan analisis dari sudut pandang penulis. Mengapa demikian, saat penulis menerbitkan buku dari hasil KTI-nya sedang otomatis dia sedang menyuguhkan bahan pustaka kepada pembaca. Kegiatan sekedar meng-copas pendapat asli para pakar perlu dihindari dengan mengubah gaya penulisan kutipan.
Ketiga, memilah dan memilih data yang dipublikasikan. Data matang saja yang disajikan agar buku berbobot dan tidak bombastis
Keempat, modifikasi bahasa buku. Hindari pemakaian penanda transisi “menurut”, “hal itu sesuai dengan pendapat”, “lebih lanjut si A menyatakan”, “berdasarkan hal tersebut,” termasuk menyebutkan kata “penelitian ini”, “peneliti”, bahkan “penulis”.
Kelima, hindari pengambilan sumber kutipan berantai atau pendapat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Keenam, wajib menuliskan semua daftar Pustaka yang dipakai sebagai rujukan dalam buku untuk mendukung keabsahan buku.
Ketujuh, memperhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN khususnya jika akan dinilaikan untuk Kenaikan Pangkat sesuai Buku 4 Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
Kedelapan, pahami kaidah penulisan buku termasuk didalamnya struktur dan kebahasaan buku.
Kesembilan,Semua kutipan yang diambil dalam isi buku wajib dicantumkan daftar pustakanya
Contoh modifikasi dari Bapak Daryono.
Sumber AsliPeraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014 menyatakan bahwa: “Karya tulis ilmiah yang selanjutnya disingkat KTI adalah tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah
Modifikasi
“Karya tulis ilmiah merupakan tulisan perseorangan atau kelompok dari hasil penelitian dan pengembangan, tinjauan, ulasan, kajian, dan pemikiran sistematis yang yang memenuhi kaidah ilmiah (Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014)
Modifikasi PTK bab VI:
Pembelajaran TIK dengan penerapan strategi Tim Quiz mampu menciptakan iklim belajar yang aktif, interaktif, kolaboratif serta dapat membangkitkan semangat belajar…… Strategi Tim Quiz yang diterapkan dapat berhasil jika ada dukungan ……. Sebaliknya jika dukungan tersebut kurang optimal maka capaian yang diharapkan dari Strategi Tim Quiz …..tercetak tebal merupakan implikasi sekaligus rekomendasi di bagian penutupnya.
Dari apa yang dipaparkan Mr. Yons sangat luar biasa. Bagaimana kita membuka cakrawala kita dalam mengkonversi KTI menjadi buku yang menarik, buku yang memiliki daya jual. Tidak ada kata yang tidak mungkin, bahan sudah ada di depan mata kita. Tinggal bagaimana kita siap berkomitmen dan konsisten dalam mengkorversi sebuah karya tulis ilmiah. Jangan takut gagal sebelum mencoba. Berdayakan karya kita menjadi buku yang bermanfaat menjadi ladang amal kita.
Beberapa karya dari Bapak Eko Daryono, S.Kom.
“Menulis itu olah kata dengan rasa, karena menulis seperti berbicara dan teman bicaranya adalah HATI.”
Kejujuran adalah hal yang utama.
Eko Daryono – Sang Pena Lereng Lawu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar